Surat Cinta tuk Masa Depan Dunia



Surat Cinta tuk Masa Depan Dunia

Buminya Manusia, 3 Juni 2010

Pagi hari sekali

Kepada Yang Tercinta

Anak Ajaibku

Tubagus Areli Rashad Rukmantara

Pada saat engkau membaca surat ini, aku bayangkan kau sudah mencapai cita-cita muliamu. Atau kalaupun belum, kau sedang berjuang, menerjang halang rintang yang tak mungkin menggugurkanmu di tengah jalan. Karena kau punya kekuatan ajaib, karena kau diciptakan dengan kuasa ajaib, kuasa dan kekuatan yang tak kenal kata “menyerah”.


Anakku tambatan hatiku,

Ku yakin kau takkan mungkin mundur menghadapi segala anak panah dan busur serangan kehidupan. Karena itulah yang terjadi saat kau di kandungan bundamu. Saat janinmu berusia tujuh bulan, kau tunjukkan keteguhan hatimu. Meski plasentamu nyaris lepas, niatmu lahir ke dunia tak pernah kandas. Dengan rahmat Illahi dan kekuatan ajaib Tuhan, dalam waktu seminggu tali pemasok makanan itu terjalin kembali. Kau dan Tuhan bersekutu untuk melawan cobaan…dan Menang!


Cintaku, nafas dan nadiku,

Memang tak pernah dapat kujanjikan bahwa kehadiranmu ke dunia akan senantiasa nyaman. Karena tak semua orang dan semua jalan hidup di dunia ini kugenggam. Aku hanya bisa pastikan, ku akan kawal dan hantar kau menuju gerbang kegemilangan…pencapaian yang hanya kau yang boleh definisikan.

Aku adalah punggawa mandat Sang Kuasa, tuk memastikan bahwa titipannya akan pulang dengan segala digdaya dan wibawa. Menjadi manusia semanusia-manusianya dan khalifah Gusti Allah di muka dunia.

Maka, sudah tekadku tuk basahi badanku dengan keringatmu, lumuri tanganku dengan nodamu, renggangkan ototku menggendongmu, membungkukkan badanku memandikanmu atau merengkuhmu saat kau jatuh, dan selalu siap melebarkan kedua tanganku tuk memelukmu…dan tak pernah bosan menciummu.

Untukmu, selama dua tahun ini, tak ada asistensi. Cukup Daddy dan Mummy. Karena bagi kami, itu hakikat jadi orang tua sejati. Membesarkan anak dengan tangan sendiri. Itu juga kuliah pertama kami bagimu Nak…jadilah orang yang Mandiri.

Tak juga kami biarkan kau dikibuli. Kami putuskan kau hanya boleh konsumsi karunia Illahi…ASI. Air Susu murni yang diberikan Tuhan hanya melalui orang yang kakinya menyimpan kunci surgamu. Memang kini kami perkenalkan kau dengan susu UHT, namun kami yakin bahwa kepintaranmu, kecerdasanmu, kejeniusanmu tak ada hubungannya dengan unsur-unsur kimiawi di botol-botol formula yang digembar-gemborkan di pelbagai tivi.

Cukup ASI. Itulah sumber segala komponen yang membentuk “keajaiban” mu kini. Ditambah berkat dan rahmat Sang Kholik tentunya.


Mentari sekaligus rembulanku,

Penyanjung lagu-lagu dan musik-musik merdu, termasuk dendang dan goyang Elmo dan Barney, lantunan klasik Mozart, Bach, Beethoven sampai dengan Boceli, Pavarotti, dan yang termerdu sepanjang waktu: ayat-ayat kitab suci.

Kami ajarkan kau dengan ajaran Tuhan yang kami pahami karena firmanNYA berkata: kau sudah ditakdirkan suci saat keluar 3 Juni. Tak ada alasan untuk lupa kepada Sang Pencipta sayang. Perjuangan mempertahankan nafas kita bertiga-- Daddy, Mummy dan kau, Areli--tak lepas dari campur tangan Si Maha Tinggi.

Ayahmu akrab dengan resiko. Kerjaku sarat dengan membelah lembah, menapaki bukit tinggi, menelusuri laut dan pantai, menengok berbagai daerah terpelosok, dan menerbangi ratusan kilometer awan putih di angkasa tinggi.

Tiap ayahmu pergi, komat-komit empat wanita terucap ke Maha Kuasa. Doa ibumu, ibu ayahmu, ibu angkat ayahmu, serta ibu mamamu, selalu terlayang mengharap aku kembali dengan tubuh dan kesadaran utuh tak kecuali.

Tapi Daddy tak akan berlagak heroik. Sebagian besar waktuku malah habis di berbagai ruang rapat dan berjibaku dengan para petinggi atau pemikir negerimu ini Nak.

Resiko itu makin besar, karena orang tua yang satu ini tak punya pengaman Jamkesmas, Askes, atau dana pensiun dampak dari sebuah nomor induk pegawai. Atau limpahan warisan yang disiapkan buyut dan kakek nenekmu. Tidak. Kita bertiga mulai dari nol Nak. Dari tiada menjadi nyata dengan upaya sekuat tenaga.

Namun, aku percaya Sayang. Rezeki kita sudah ditakdirkan. Yang ku perlu lakukan ialah menjemputnya, menyapanya dengan sopan, lalu menyebut kata sandi yang berkenan. Insya ALLAH, cinta, cendekia, dan harta tak akan pernah surut dibagiNYA. Bukan hanya untuk kita, tapi bagi segenap anak Adam Hawa.

Yang Daddy tahu, aku suka kata-kata Nak. Dari kata umat manusia kenal sejarah. Karena sumber hikayat yang teruji adalah aksara. Dan aku dilatih bertahun-tahun menjadi sejarawan, profesi pertama dan teraneh di keluarga besar kita. Namun aku tak bisa bercerai dengan kisah masa lalu, karena dari situ ku belajar bagaimana melalui waktu demi waktu. Dan aku senang bekerja demi sesama. Puluhan tahun latihanku bekerja sosial, mengasah hatiku agar setajam akal.

Dan kau buah hatiku…satu yang paling aku harapkan: kau akan jadi satu orang lagi yang akan berbagi dan peduli kepada seluruh insani di muka bumi tanpa pandang rupa fisik atau asal negeri apalagi mendiskriminasi.


Sumber senyum lebar dan tawa lepasku, Pangeran Kesultanan yang sudah punah, Areli Anakku.

Dua tahun dari bagian periode keemasan, masa pemupukan terpenting dalam hidupmu, lewat sudah. Maafkan atas segala kekurangan, dan segala yang “mestinya aku…, seharusnya bisa…” yang kini cuma kurenungi tapi tak pernah terjadi karena berbagai dalih.

Aku berdoa semoga apa yang Daddy Mummy lakukan, sesuai dengan amanat Tuhan. Dan akan berdampak dalam jangka panjang, menjadi bekal kau mengukir masa depan.

Kami akan tetap berada disisimu, karena kami tak bisa tidur tanpa pandangi wajah halusmu dan tatapan hangat mata kecilmu. Kami, kan tetap berjuang menjadi orang tua pemenang dari anak yang akan bertualang…menantang zaman!

Selamat Ulang Tahun Tubagus Areli Rashad Rukmantara.

Tertanda,

Daddy.

(Tubagus Arie Rukmantara)


Komentar