Hanya Ini...






Seribu delapan ratus lima puluh tujuh hari. Lima tahun sudah. 


Syukuran Ulang Tahun Areli di TK Negeri Besuki, Menteng, pada 3 Juni 2013
Engkau datang memang aku harapkan. Setiap detik berlalu  penuh dengan kenikmatan, keberkatan dan penuh kesyukuran.

Terima kasih telah hadir dalam hidup ini Areli.


Aku harus menceritakan kepadamu sesuatu yang bukan lagi tabu. Aku ingin kau hidup bangga dengan kisah ini. Kisah yang aku juduli "Hanya Ini...".





Saat kau lahir, hanya ini yang bisa aku lakukan: memastikan "Jendela Emas" (The Golden Window) atau "Seribu Hari Penih Arti" berlalu sesuai keyakinan.  


"Jendela Emas" itu: tahun kedua dan tahun kelima.

Dalam dua tahun pertama, aku hanya bisa memastikan bahwa hanya yang terbaiklah (Air Susu Ibu/ASI), yang jadi asupanmu. Melawan mitos tak berfakta, menggugat nasihat tak beriwayat, aku dan ibumu berhasil keukeh bahwa yang gratisan  dari Tuhan jauh lebih bagus daripada bubuk yang  mahal karena biaya iklan.


Dalam lima tahun pertama, aku hanya bisa pastikan kamu adalah balita bahagia. Bahwa bermain adalah bagian tak terpisahkan dari keseharian.  Kata kawan sesama pelatih (trainer),"kita berhenti pintar, saat berhenti bermain." Entah siapa yang memulai nak, menjadi cerdas sepertinya tidak bisa diukur dari pukulan djembe atau hentak rampak gendangmu. Seakan hanya boleh engkau dibilang jenius kala bisa menghafal banyak rumus. Tapi aku tak gentar, minda kita selalu berkawan akrab dengan canda dan tawa. Saat berbahagia itulah, kita siap menggasak otak tanpa perlu sampai berasap. 


Hanya ini...yang bisa aku lakukan agar kau punya hidup lebih indah, namun juga tetap bermakna.


Bersyukurlah, karena bacaan dan kawan-kawan bergaul orang tuamu...hebat!



Areli 4 tahun
Lalu hanya kisah ini yang aku bisa sekilas ceritakan:

Ayahmu bukan orang besar, meski lahir dengan gelar.

Semua kenikmatan yang kau rasakan adalah hasil balas dendam dari penderitaan.
Hasil dari mematahkan cemoohan banyak orang--mereka yang tak percaya anak orang pas-pasan dan dibesarkan ibu yang hidup sendirian bisa mencapai banyak impian.



Bersyukurlah...karena nenekmu di Sorga, adalah orang hebat!

Lima tahun panjang nafasmu dan lebih dari tiga dekade langkah hidupku adalah hasil dari perjuangan, pembelajaran.


Belajar tidak mengulangi yang kurang baik. Persis apa yang aku praktikkan kepadamu.


Dahulu kala, nada suara tinggi dan ayunan sabuk dianggap lumrah di dalam rumah. Zaman itu, disiplin sama dengan kuping merah, jemari bengkak atau pantat bertanda. Alhamdulillah, dunia berubah! Kini, apabila aku ulangi tindakan yang sama, bapakmu ini bisa mendekam di balik jeruji.


Bersyukurlah, karena pembela hak anak dan mereka yang sadar hukum, adalah orang-orang hebat!

Areli 3 tahun

Dan hanya ini, hanya hidup sekadar ini yang bisa aku sajikan sekarang. Mungkin akan lebih suatu hari nanti, mungkin juga Tuhan menentukan banyak pilihan lagi.


Yang aku bisa ceritakan ialah bahwa kenikmatan hidup saat ini adalah hasil dari mencoba membangun mimpi.


Hasil bangkit dari kegagalan. Hasil kebal dikeroyok kesedihan. Tertonjok ratusan kali, tapi tak pernah mengaku  bonyok dan tak rela menyerah.


Hasil ini, hasil dari kisah perjalanan seorang atlit setengah jadi. Hasil dari aktivis yang tak kunjung matang dan tak pernah cukup nyali. Hasil dari jutaan diskusi yang diharap jadikan ayandamu ini cendekia, namun sampai saat ini tak pernah berjaya dalam dunia ilmiah. Hasil dari percaya kepada ideologi dan filosofi, tapi belum juga jadi sufi.


Bersyukurlah, karena ternyata Ayahmu...nekat!

Areli 2 tahun 

Tapi Nak, ada yang aku bisa kerjakan dengan lumayan. 

Menjadi tukang potong rumput yang penuh ikhlas. Menjadi pegawai rendahan pada sebuah perusahaan yang tak pernah masuk koran. Menjadi anak muda yang banyak kekurangan materi, namun tetap punya tekad untuk berlari. Menjadi mahasiswa yang berbekal bacaan dan keuletan, meski membayar semesteran dengan pengasihan dekan: hanya seharga kopi di gerai minuman terkenal saat ini. Menjadi kuli tinta yang ingin menulis banyak cerita, bukan cuma berita. Karena kata-kata dalam cerita, anakku...lebih kuat daripada sebaris judul yang jiwanya mandul, yang cepat basi karena cuma cari sensasi.


Menjadi penyuluh dan peminat aksi-interaksi dan tata wicara di lembaga dunia yang tiap hari keluar-masuk dusun, kampung dan nagari. Menelan asin air laut, untuk mengantar vaksin; mengarungi samudera dengan risiko maut hanya untuk meliput--menceritakan kepada dunia betapa bayi-bayi tak berdosa di timur sana banyak yang tak sampai usia lima.  Dengan seragam biru muda itu, aku mempertebal alasan kenapa aku cinta anak-anak sepertimu--kamu, mereka adalah cita, asa. Kau dan miliaran bocah lainnya adalah pelita dimana gulita masih berkuasa. Kalau kami melakukan tugas kami dengan benar, tak mustahil akan ada pijar berbinar-binar, menerangi bumi yang semakin cepat berputar. 


Bab hidup yang Ayah karang saat ini adalah menjadi pekerja yang motivasinya membuktikan bahwa idealisme bisa membawamu hidup berkelimpahan. Berbuat baik dan tak berpikiran picik: hanya yang miskin yang punya nurani. Bahwa memakai jas dan dasi, bisa juga sambil memoles hati; sambil bermeditasi; sambil berbagi rezeki. Mari kita buktikan bersama Nak; sandang, papan dan pangan yang kita nikmati saat ini, tak mengurangi niat hati untuk tetap peduli dan berbagi. 


Ya, peduli dan berbagi! Kau adalah bukti nyata bahwa aku tak hanya berteori! Setelah sepuluh tahun bekerja demi ratusan anak, bahkan sampai melanglang secuil bagian dunia luar sana tuk buktikan bahwa anak tak punya bisa juara, aku kini bekerja siang dan malam untuk buktikan bahwa bukan hanya anak orang lain yang bisa aku jadikan. Kau pun harus aku antarkan. Aku kawani, sepenuh hati. 


Hanya ini...yang hanya bisa aku beri. 


Bersyukurlah Nak, karena derita itu ternyata...guru hebat!



Areli 1 tahun 
Kau tak harus punya riwayat yang sama. Bahagia dan sejahtera bukan dosa. Kaya dan makmur pun merupakan syukur. Selama kau sadar cerita yang "Hanya Ini..." bukan milik bapakmu sendiri. Miliaran lain sedang beraksi; ada yang patah, ada yang jadi. Dimana pun kau, tetaplah punya hati...bagi pada mereka, peduli pada dunia. Karena namamu "Tubagus Areli Rashad Rukmantara" adalah doa suci kami pada Sang Illahi.  

Dan, kata kitab suci, DIA menjawab setiap doa yang tulus dari hati. 


Beryukurlah Nak, karena memang dan ternyata...Tuhan itu...hebat! 


Selamat menjadi Nak. "Hanya Ini"...curhatan. Bukan kado ulang tahun yang gemerlapan.   


Salam Cinta: Daddy dan Mommy, penjaga titipan Ilahi. 





Areli belum 1 tahun


Komentar

  1. pagi ini aku membaca tulisan blog seorang kawan Arie Rukmantara, seorang ayah dan anaknya yg hebat, tulisan yg membuatku merinding dan berkaca, teringat kenangan masa kecil bersama alm. bapak :)

    Areli - kala kau sudah besar nanti, diriku siap bersaksi utk mengingatkanmu bahwa ayahmu & ibumu sungguh ortu yg keren, masa balitamu sungguh riang penuh nada seperti musik perkusi yg sering kita mainkan bersama kawan-kawan Aman Perkusi :)

    teruslah bermain, kala kita kecil kita berimajinasi, kala kita besar kita berinovasi dalam karya, kala kita berhenti bermain seketika itu juga kita tak lagi cerdas :)

    BalasHapus
  2. Terima kasih Bung! Hanya berusaha berkarya dengan nyata dilengkapi dengan cerita dan karangan aksara. Berupaya rela (ikhlas) tanpa tanda tanya :) Mari saling bersaksi tentang betapa uniknya hidup dan peran kita bersama dalam mencatatnya. Karena "Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata".

    BalasHapus

Posting Komentar