Wahai Petugas!

Wahai Petugas!

Dengarkan rintihan seorang ibu di Pekanbaru:

"Cukup Joice yang jadi korban, jangan ada lagi Joice-Joice berikutnya. Pemerintah seharusnya cepat tanggap, jangan hanya ketika jatuh korban, baru sibuk.“


Apakah negeri ini tak pernah kenal kata “konsistensi”?

Apakah tuk kenali musuh lama butuh asing yang mengasistensi?

Masa, semua kepentingan anak negeri harus dibiayai donasi?


Wahai Petugas!

Kalimat culas menyalahkan masyarakat telah jadi tembang lawas


Komunitas di berbagai pelosok sudah tahu apa arti ayam mati

Dalam hitungan detik mereka sudah bergerak dengan pasti

Membasmi sumber penyakit yang potensi hantar mereka ke peti mati

Namun kaulah Wahai Petugas!

Yang mungkin lambat bergegas

Atau keliru menduga

Keliru menganalisa

Para pasien yang datang mengiba pengetahuanmu yang “katanya” jawara (atau kau dan teman-temanmu saja yang jumawa ngaku-ngaku punya ilmu dewa?)


Terkamu yang salah

Hanya karena kau tak rajin membaca

Atau malas ikut berbagai pelatihan yang tersedia

Telah menumbalkan nyawa

Mungkin satu, mungkin dua atau tiga


Untungnya, kata seorang filsuf

Satu dua mayat kerap tak pernah diusut

Karena manusia punya ingatan yang cepat susut

Apalagi kalau manusia tak saksikan sendiri proses maut menjemput

Maka kematian…tinggal sekedar nomor urut


Maka, "keganjilan" ingatan manusia itu selamatlah kau punya perut!

Wahai petugas!


Tahukah kau, kekhilafanmu itu bisa jadi sumber malapetaka

Dimulainya…wabah raya!


Aku titipkan kata-kata mutiara dari seorang Begawan Ilmu Manusia,

Professor Amin Soebandrio:


Kita tahu siapa musuh kita, tetapi kita tidak dapat melihatnya

Kita tahu bagaimana mencegahnya, tetapi kita tidak tahu kapan dia akan datang

Kita tahu bagaimana membasmi musuh kita, tetapi kita tidak tahu dimana dia berada

Yang kita pasti hanyalah bahwa musuh masih berada disekitar kita dan terus mengancam

Tetapi bukan berarti kita tidak berdaya....(seharusnya)

Engkau petugas…

Camkanlah suatu saat nanti, apapun yang kauperbuat… pasti ada yang membalas!

Komentar

  1. Saya setuju 100% dengan "sindiran" Pak Arie ini, mudah-mudahan memang ada orang-orang yang tahu bahwa dia yang "disindir", padahal ini kan bukan sindiran karena yang dituju sangat sangat jelas. Jelas, kita bukan petugas, tapi kita peduli. Kita maju terus Pak Arie. Noermadi.

    BalasHapus

Posting Komentar