Dilarang Umroh dan Haji...(Catatan Terakhir Wisata Hati)


Baca keras-keras semua buku manasik haji dan umroh, yang kecil, yang tipis, maupun yang tebal bertajuk “Buku Pintar”. Semua menyaratkan keabsahan beribadah ke Tanah Suci ialah: Gunakan Uang HALAL!

Gusti Allah ora sare. Dia Maha Mengetahui. Kalau sok tahu dan mau berusaha menipu, tahan dulu. Hati-hati “pelajaran” yang diberikan oleh-NYA nanti. Khawatir Anda kapok. Lebih-lebih, takut di-setrap langsung oleh Sang Maha Kuasa.
Cerita ini fiksi. Namun berdasarkan penuturan pribadi teruji, pembisik di Masjid Nabawi.

Alkisah ada seorang kakek yang dengan gegap gempita meninggalkan negaranya untuk beribadah.

“Terlalu tua untuk haji, saya kasih umroh dulu,” kata Tuan Hartawan, penyandang dana kepergian Sang Kakek, sekaligus relasi dekat yang mengaku berhutang jasa.

Di perjalanan, tak ada yang mengherankan. Tanda-tanda kepikunan pun tak tersiratkan.

Tiba di Medinah, semua jemaah bergegas pergi Mesjid Nabawi, dimana makam Rasullullah terawat suci.

Hari pertama: semua terharu, menangis sedu, setiap kali pulang-pergi ke dan dari Nabawi.

Semua bersyukur, berairmata taubat dan bahagia, kecuali satu Tuan Hartawan dan istrinya yang tersedu bukan karena terharu-biru.

Apa yang terjadi?

Sang Kakek yang dibawanya serta, hilang tak berjejak.

Hampir setengah hari, dari Isya sampai Subuh dia lenyap setelah terakhir terlihat sholat di Masjid Nabawi. Dicari ke segala penjuru, tak ketemu. Esok harinya, seorang asing baik hati yang dengan antusiasnya menelepon ke negara asal kakek tersebut, mencari tahu kepada siapa Sang Kakek dapat diserahterimakan.

Dia dikurung di kamar hotel, dipaksa istirahat sampai stamina yang tertempa hawa malam dan terdera angin, pulih kembali. Apalagi, Madinah di Maret masih dalam musim dingin.

Sang Kakek sehat kembali. Mulai sholat di Mesjid lagi.
Untuk kemudian…menghilang kembali!

Kali ini ditemukan berselang beberapa jam oleh anggota rombongan Sang Kakek bergabung.

Alhamdulillah. Tak ada kurang satupun, kecuali ingatannya yang kabur saat mencoba mencari jalan pulang ke hotel.

Esoknya, hari terakhir rombongan berada di Madinah. Semua anggota bersiap menuju Mekah. Jam keberangkatan sudah ditetapkan. Saat tenggat keberangkatan tiba…batang hidung Si Kakek masih tiada.

Beliau raib lagi. Di tempat yang sama…di Masjid Nabawi.
Nah, bagi saya, hilangnya Sang Kakek sampai tiga kali sudah cukup menyiratkan pesan, bahkan syak wasangka.

Semua takjub dengan kejadian itu, dan lebih terkejut lagi kalau ternyata Tuan Hartawan sebenarnya selalu mendampingi. Lalu kok bisa hilang sendiri? Meski hampir tiap saat diawasi?

Si Tuan Hartawan ini sudah pusing tujuh keliling saat kehilangan pertama. Kemudian sakit kepala tersebut di kuadratkan saat kehilangan kedua dan…hampir jatuh lemas tak tahu berbuat apalagi di peristiwa ketiga.

Kenapa begitu? Kenapa begini? Tanya banyak orang dalam hati.

Usut punya usut…

Sang Tuan Hartawan yang rupawan nan baik hati, yang memberikan traktiran plesiran ke Saudi, bahkan ingin memergikan haji,ternyata alpa syarat validnya ibadah umroh-haji.

Si Tuan Hartawan ternyata pegawai kelas teri di sebuah pelabuhan barang. Bukan kepala bukan direktur, mungkin setali tiga uang dengan jabatan oknum pajak GT, yang tenar mendadak dan diabadikan jadi nama trayek angkot itu.

“Kok bisa pergi ke luar negeri beberapa kali dan mau memberangkatkan haji? Punya rumah banyak dan beberapa mobil pribadi? Apa rahasia sukses finansial Anda?” tanya pembisik Nabawi.

“Ada lah, sabet kanan, telisik kiri…'rezeki' sampingan,” ujarnya kepada pembisik di Nabawi yang duduk satu bangku di pesawat saat berangkat.

Hmmm…rezeki?!

Saya paham sekali apa yang terjadi.

Lalu tiba-tiba, imajinasi menari-nari membayangkan Tuhanku menimpali…”AKU JUGA PUNYA SABETAN KANAN DAN TUSUKAN KIRI UNTUKMU! DAN YANG KAU ALAMI HANYA SECUIL DARI APA YANG BISA KU SENTIL.”

Keajaiban jenis itu tak cuma satu. Ada cerita koruptor pergi haji, tiba-tiba ngejengkang tak sadarkan diri. Ada maling yang tangannya perih seperti disayat beling, ada penjahat yang bikin jadwal umroh singkat, ngeri kena "sikat".

Kawan...cuma satu curhatanku, baca baik-baik buku manasik umroh-haji apabila hendak pergi. Kalau tidak kunjung mengerti, saya sederhanakan untuk Anda: Dilarang korupsi kalau mau umroh atau pergi haji!

Waspadalah!

Azab Illahi itu PASTI!

Komentar