11 Maret




Love: a temporary insanity, curable by marriage.

Lima tahun yang lalu. Di tempat itu. Kau terima aku.

Enam belas tahun yang lalu. Di kelas itu. Ku pertama pandangi wajahmu.

Selang dua tahun kemudian, di kota itu…pertama kali tangan kita berpadu.

Tiga tahun yang lalu, kita mengikat janji…di depan Illahi, di rumah ibadah nan suci.

Istriku…”terima kasih” terlalu sederhana untuk membalas semua.

Cintaku Padamu.

Catatan kaki:

Lima tahun yang lalu saya bertemu dengan istri saya pada sebuah kesempatan makan malam, saya bertanya: ”Apakah kau mau jadi pacarku?”

Itu adalah permintaan kedua kalinya setelah sebelas tahun kami saling mengenal karena berbagi kelas yang sama di SMA. Enam belas tahun yang lalu.

Pertanyaan yang sama yang sempat saya tanyakan di Kota Yogyakarta: “Apakah ini artinya kita resmi berpacaran?” tanyaku kepada Si Jelita teman kelas dua tahun lamanya.

Di atas sebuah becak dan di bawah naungan lampu temaram jalanan sudut Kota Gudeg saat menjelang tengah malam, Si Jelita tak berkata-kata.

Namun esoknya, kami berjalan berdua sepulang sekolah. Menunggu satu sama lain keluar dari kelas. Terjemahannya: “Ya. Kita pacaran.”

Di tahun ketiga SMA, kami “dipaksa” bercerai kelas. Saya yang kemampuan analitika matematika dan numerikanya sederhana, memilih untuk belajar ilmu manusia. Si Jelita, punya cita-cita luar biasa, dan memilih masuk IPA.

Tak lama, kami sepakat untuk tidak lagi selangkah. Dalam waktu singkat, kami merasa perjalanan romantika kami tak harus bersama dan kami tempuh kisah hidup masing-masing dengan selera sosial masing-masing pula.

Itulah kisah kasih di masa SMA.

Seakan-akan dia dan saya akan hanya akan menjadi wajah-wajah terpampang di buku kenangan dan bertajukkan “pernah bersama”.

Tak pernah dinyana.

Tuhan berkehendak lain.

Tepat lima tahun yang lalu. Hari ini. Bukan. Tanggal ini. Ya pada tanggal ini lima tahun yang lalu, tepat dimana saya meminta kembali kesediaan Si Jelita membuka hatinya.

“Ya,” untuk kedua kalinya.

Segala puji dan syukur kepada Illahi. Alhamdulillah, teriakku dalam hati.

Kuasa Tuhan tiada bandingan. Kenikmatan dan kebahagiaan yang dimilikinya begitu luas dan dibagikannya tanpa disangka-sangka kepada semua insan yang menginginkan.

Kini kami memegang janji, saling melingkari jari dengan bukti…bahwa kami adalah suami-istri.

Dan dikaruniai anak ajaib bernama Areli:)

Selamat hari jadi sayang. Ttd: Sang Suami.

Komentar

  1. ARA LIKES THIS!! aaww, so schweeettt! semoga langgeng, awet, selalu setia bersama. jodoh memang di tangan tuhan yah :D you have one sweet story, I hope I will have mine too, lol *sempet2nya curhat*

    BalasHapus
  2. Makasih atas kado nya yaa, sayang.. Everyday, I Love You More

    BalasHapus

Posting Komentar