Sudah saatnya rakyat bangsa ini
Angkat dagu dan busungkan dada
Sadari kita sudah masuk kategori negara berdaya
Maka dari itu…saatnya bicara lantang
pada mereka yang berpetualang
Yang datang ke negeri nan penuh nikmat duniawi ini
Tuk adu nasib dan mengais rezeki di bumi yang penganggurannya puluhan juta jiwa ini
Katakan dengan lugas
Bahwa kalau mereka memutuskan disini untuk berdinas
Maka mereka punya tugas…
PELAJARI KAMI, PAHAMI BAHASA KAMI, TAATI NORMA KAMI, DAN RESAPI PELAJARAN MORAL KAMI
Ya, kami akui, negeri nyiur melambai ini, memang kaya dengan korupsi
Memang rakyat kami ada yang tak berdisiplin tinggi
Sudah fakta bahwa kami punya banyak borok dan berbagai penyakit hati
Namun…
Kami juga punya saripati
Yang apabila kau cukup jeli
Akan kayakan hidupmu sebelum mati
Hai kau, kaum ekspat
Jangan melulu menghujat
Kalau buku sejarah dan bahasa kami saja kau belum tamat
Kami ramah
Senyum kami murah
Namun jangan perlakukan kami layaknya bromocorah
Kami turunan berbagai trah
Dengan jutaan dongeng dan kisah
Yang mahal harganya tak kan kuasa kau jamah
Yang kau mesti lakukan
Tak lain dan tak bukan
Dengarkan baik-baik tutur kata kami
Baca dengan teliti riwayat kami
Sesuaikan hidupmu dengan pola tingkah kami
Kami tak akan ubah engkau
Apabila memang kau tak mau ubah dirimu
Itu sudah sabda Illahi
Yang kami amini
Sebagai hamba Tuhan di Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi
Tapi kami akan sampaikan pesan ini:
“Hargai kami
Karena kami tak bosan hormati kau dan segenap budayamu
Sadarilah bahwa kau bukan nomor satu
Kami sadar betul bahwa dunia penuh dengan mahluk unik yang mustahil dikastakan selalu
Segera sembuhkan gagu budayamu.”
Dan bila kau tak mampu
Atau bahkan tak mau
Ada puluhan juta kepala siap ganti posisimu
Ambillah langkah mundur terhormat
Kembalilah ke halaman kampungmu sebelum telat
Atau cari negeri lain yang rela kau injak-injak
Karena artinya kau tak layak kami sebut “kerabat”
* terinspirasi peritiwa batam dan peristiwa halmahera, dimana seorang asing tak tau makna kata "a.d.a.p.t.a.s.i."
Angkat dagu dan busungkan dada
Sadari kita sudah masuk kategori negara berdaya
Maka dari itu…saatnya bicara lantang
pada mereka yang berpetualang
Yang datang ke negeri nan penuh nikmat duniawi ini
Tuk adu nasib dan mengais rezeki di bumi yang penganggurannya puluhan juta jiwa ini
Katakan dengan lugas
Bahwa kalau mereka memutuskan disini untuk berdinas
Maka mereka punya tugas…
PELAJARI KAMI, PAHAMI BAHASA KAMI, TAATI NORMA KAMI, DAN RESAPI PELAJARAN MORAL KAMI
Ya, kami akui, negeri nyiur melambai ini, memang kaya dengan korupsi
Memang rakyat kami ada yang tak berdisiplin tinggi
Sudah fakta bahwa kami punya banyak borok dan berbagai penyakit hati
Namun…
Kami juga punya saripati
Yang apabila kau cukup jeli
Akan kayakan hidupmu sebelum mati
Hai kau, kaum ekspat
Jangan melulu menghujat
Kalau buku sejarah dan bahasa kami saja kau belum tamat
Kami ramah
Senyum kami murah
Namun jangan perlakukan kami layaknya bromocorah
Kami turunan berbagai trah
Dengan jutaan dongeng dan kisah
Yang mahal harganya tak kan kuasa kau jamah
Yang kau mesti lakukan
Tak lain dan tak bukan
Dengarkan baik-baik tutur kata kami
Baca dengan teliti riwayat kami
Sesuaikan hidupmu dengan pola tingkah kami
Kami tak akan ubah engkau
Apabila memang kau tak mau ubah dirimu
Itu sudah sabda Illahi
Yang kami amini
Sebagai hamba Tuhan di Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi
Tapi kami akan sampaikan pesan ini:
“Hargai kami
Karena kami tak bosan hormati kau dan segenap budayamu
Sadarilah bahwa kau bukan nomor satu
Kami sadar betul bahwa dunia penuh dengan mahluk unik yang mustahil dikastakan selalu
Segera sembuhkan gagu budayamu.”
Dan bila kau tak mampu
Atau bahkan tak mau
Ada puluhan juta kepala siap ganti posisimu
Ambillah langkah mundur terhormat
Kembalilah ke halaman kampungmu sebelum telat
Atau cari negeri lain yang rela kau injak-injak
Karena artinya kau tak layak kami sebut “kerabat”
* terinspirasi peritiwa batam dan peristiwa halmahera, dimana seorang asing tak tau makna kata "a.d.a.p.t.a.s.i."
Setuju!
BalasHapusUdah lama kita di-stigma-kan jadi bangsa terbelakang, yang di injak2 oleh para ekspat yang datang kemari. Bahkan yang katanya berpendidikan dan berwawasan luas pun kadang tunduk dan "ngajeni" sama orang orang berkulit putih yang nggak mau repot belajar bahasa Indonesia ini.